Mecha versi 2.6.4 sudah dirilis!

Mengapa Saya Lebih Memilih PHP dibandingkan dengan Node atau Python?

Berkembang tidak harus menguasai berbagai bidang. Karena jika di satu bidang saja kamu masih setengah-setengah, maka tidak ada gunanya juga kamu meloncat-loncat ke lain bidang.

Sebelum menuju kepada alasan utama, tentu Saya perlu menjelaskan terlebih dahulu tentang kebutuhan Saya dalam membuat sebuah perangkat lunak. Saya tidak tumbuh di lingkungan keluarga dan teman-teman dengan latar belakang pendidikan pemrograman komputer. Saya melakukan semua ini hanya untuk mengisi waktu luang Saya saja. Dan ketika Saya memikirkan tentang bahasa sisi peladen yang paling standar dan ringan namun tetap mencukupi, PHP sepertinya sudah mampu memenuhi kebutuhan Saya. Selain itu, PHP juga merupakan bahasa sisi peladen pertama yang Saya pelajari.

Saya pernah sekadar tahu beberapa bahasa pemrograman lain melalui artikel-artikel yang Saya baca, yang mereka bilang bahasa ini dan itu jauh lebih baik dan lebih cepat dari PHP. Dua di antaranya yang sedang populer sekarang adalah Node dan Python. Tapi saat itu Saya benar-benar tidak berada dalam keadaan yang bingung hingga Saya harus bertanya ke berbagai grup dengan pertanyaan-pertanyaan seperti “Bahasa pemrograman apa yang perlu Saya pelajari?” atau “Mana yang lebih baik: A, B atau C?”

Saya mempelajari sesuatu karena kebutuhan, bukan karena tuntutan industri dan pasar pemrograman komputer. Karena Saya tidak bekerja di bidang tersebut maka Saya tidak perlu berjuang untuk memenuhi kriteria mereka. Saya menggunakan bahasa pemrograman untuk memecahkan masalah Saya saja, dan kalau ternyata ada orang lain yang merasa terbantu dengan kode-kode yang Saya berikan secara cuma-cuma di blog ini yaaa… ya sudah lah ya… Saya nggak perlu bersikap heboh atau bagaimana.

Tapi mungkin yang jadi pertanyaan adalah kenapa Saya tidak memilih salah satu dari dua bahasa populer tersebut?

Jawabannya adalah karena mereka berada di luar kebutuhan Saya. Saya tidak bilang kalau Node dan Python itu jelek karena Saya belum pernah mencobanya. Dan kalaupun ternyata performanya memang jauh lebih baik dari PHP yaaa… ya sudah lah ya… Saya juga nggak perlu terlalu heboh atau bagaimana. Cukup bersikap biasa saja. Karena saat ini Saya memang belum membutuhkannya. Saya hanya perlu menunggu sampai Saya membutuhkannya, sehingga Saya tidak perlu membuang-buang waktu Saya untuk mempelajari sesuatu tanpa tujuan. Saya sudah merasa cukup dengan PHP karena kriteria yang perlu dipenuhi memang hanya untuk memproses data secara dinamis agar bisa dikeluarkan sebagai berkas statis. Dengan PHP saja sudah bisa melakukan tugas-tugas tersebut, dan kabar baiknya adalah PHP ada di mana-mana!

Tapi, kalau memang ternyata ada bahasa pemrograman lain yang jauh lebih sederhana dan berukuran lebih kecil dari PHP, maka tidak ada salahnya juga untuk Saya pelajari.

Mungkin nanti akan ada yang mengkritik bahwa Saya ini sudah terjebak di zona nyaman karena enggan untuk mempelajari hal-hal baru. Tapi mungkin kalian lupa bahwa ada juga yang dinamakan sebagai fokus, gigih dan konsisten. Berkembang tidak harus menguasai berbagai bidang. Karena jika di satu bidang saja kamu masih setengah-setengah, maka tidak ada gunanya juga kamu meloncat-loncat ke lain bidang. Jangan egois. Kamu tidak bisa menguasai semuanya, karena manusia juga perlu bekerja sama dan saling membantu. Jadi pada intinya mungkin seperti itu. Kamu tidak perlu tahu dan bisa mengerjakan semua hal. Karena ketika kamu tahu dan bisa mengerjakan semuanya, maka kamu jadi tidak membutuhkan siapa-siapa lagi. Dan ketika itu terjadi… kamu akan merasa sendirian. Setelah itu kamu akan stres, terus mati.

9 Komentar

Kandra Wilko

Setuju om. Mending fokus di satu program dan menjadi ahli disitu dibanding nyoba-nyoba yang akhirnya bikin waktu terbuang dan tidak mencapai yang diinginkan.

Ibrahim

Sama dong mas dengan saya

RizkyKR

iya benar, saya juga sering dituntut belajar ini itu, tapi alasan terbaik yang saya katakan, "Pemograman itu sesuai kebutuhan, jika dengan yang kita pelajari saja sudah dirasa cukup, untuk apa lagi". dunia pemograman pun lebih memilih hal yang praktis dan tidak perlu di persulit lagi.

Iccha Ahyun Iswari

Bagaimana tahapan Mas Taufik mempelajari seputar website? HTML, CSS, JavaScript, lalu PHP? Atau mempelajarinya secara bersamaan?

Dari mana Mas Taufik dapat ilmu itu? Apakah dari buku, baik buku berbahasa Indonesia ataupun Inggris?

Atau, dari situs-situs luar seperti CSS-Tricks dan lain-lain?

Saya kagum dengan Mas Taufik yang begitu paham dan mahir menulis JavaScript dan PHP.

Saya saja ngos-ngosan belajar JavaScript karena tidak tahu harus mulai dari mana.

Taufik Nurrohman

Bagaimana tahapan Mas Taufik mempelajari seputar website? HTML, CSS, JavaScript, lalu PHP? Atau mempelajarinya secara bersamaan?

Kalau Saya jawab otodidak pasti jadi enggak menarik lagi karena urutannya berantakan. Awal-awal Saya belajar HTML itu dari tutorial pasang-pasang gawai Blogger. Maklum, narablog pemula suka tiba-tiba jadi hobi pasang fitur jam dinding, musik, dan gawai statistik di blog. Saya juga belajar HTML dari fitur kode sumber di WYSIWYG. Belajar tentang bagian-bagian mana yang bisa membuat teks jadi rata di tengah, mana yang bisa menampilkan tautan dan gambar.

Saya dulu belajar CSS dari W3Schools. Situs web yang sekarang sudah tidak direkomendasikan lagi untuk pengembang web. Sempat bingung juga karena di tema Blogger itu tidak ada yang namanya tag <style>. Yang ada cuma <b:skin>.

Saya tertarik belajar JavaScript karena suka dengan gawai-gawai buatan “Abu Farhan”, tapi agak risih waktu itu karena adanya tautan atribusi di semua gawai yang beliau buat yang tidak bisa Saya hilangkan kecuali dengan menyunting kode JavaScript secara langsung. Nama-nama bulan dan hari pada gawai-gawai yang beliau buat juga sebagian besar masih berbahasa Inggris, jadi akhirnya Saya terpaksa mencari tahu bagaimana caranya mengubah teks-teks berbahasa Inggris tersebut menjadi berbahasa Indonesia.

Saya memaksakan diri belajar PHP setelah aset-aset blog bergaya Blogazine Saya yang Saya simpan di Google Code akhirnya diblokir, berikut akun Google Code Saya karena Saya mengunggah beberapa berkas musik di dalamnya. Waktu itu adalah awal mula Saya memutuskan untuk belajar menyentuh apa yang disebut sebagai Sistem Manajemen Konten.

Saya saja ngos-ngosan belajar JavaScript karena tidak tahu harus mulai dari mana.

Saya memulai semuanya dari keterpaksaan karena tuntutan keinginan dan kebutuhan.

Berdasarkan pengalaman Saya, belajar pemrograman web dari buku fisik itu sia-sia saja. Lebih baik belajar langsung melalui peramban web. Di peramban web kita bisa membuat dan melihat hasil kerjanya secara langsung, sekaligus juga dapat memperoleh informasi secara instan dengan bantuan Google dan situs web dokumentasi favorit.

Iccha Ahyun Iswari

Mecha CMS

Namanya bagus sekali. Boleh tau filosofi nama Mecha?

Ada link yang runut agar saya bisa mempelajari cara kerjanya? Di mana saya bisa bertanya ketika ada problem dalam instalasi?

Taufik Nurrohman

Boleh tau filosofi nama Mecha?

Saya ingin memberi nama aplikasi-aplikasi Saya sebagaimana Saya akan memberi nama robot atau binatang peliharaan. Supaya ketika Saya mengembangkan atau mengurus aplikasi-aplikasi Saya, maka Saya akan seolah-olah sedang mengurus sesuatu yang hidup. Saya harap ini akan berpengaruh juga kepada orang lain yang akan menggunakannya di masa depan.

https://en.wikipedia.org/wiki/Mecha

Ada link yang runut agar saya bisa mempelajari cara kerjanya?

https://dev.to/taufik_nurrohman/mecha-cms-installation-guide-30l6

Di mana saya bisa bertanya ketika ada problem dalam instalasi?

https://mecha-cms.com/support

Iccha Ahyun Iswari

BTW, Mecha itu situs statis atau dinamis?

Taufik Nurrohman

Dinamis, karena dilengkapi dengan fitur formulir yang mampu membaca dan menulis berkas.

Komentar telah ditutup.